Melawan Lupa, Konferensi Paccekke Cikal Bakal Terbentuknya TRI Divisi Hasanuddin

    Melawan Lupa, Konferensi Paccekke Cikal Bakal Terbentuknya TRI Divisi Hasanuddin

    Konferensi Paccekke diadakan pada tanggal 20 hingga 22 Januari 1947 yang bertempat di lereng pegunungan kading Soppeng Riaja deretan pegunungan La Pancu tepatnya Paccekke, Desa Pacekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru, sekitar 120 km dari kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.

    Pada tempat ini, di adakan konferensi, yang sangat bersejarah menghasilkan terbentuknya Tentara Republik Indonesia (TRI) Divisi Hasanuddin yang di pimpin oleh Andi Mattalatta dan di bantu oleh  M.Saleh lahade sebagai pemegang mandat dari Panglima Besar Jenderal Soedirman.Letaknya sangat strategis, terpencil dan jauh dari intaian pasukan Belanda ketika itu.

    Pada pembukaan konferensi di hadiri sekitar 45 pimpinan pasukan, bersama kurang lebih 47 orang staf komando serta 4 kompi pasukan dari berbagai kelaskaran yang ada, di Khabar kan banyak pasukan kelaskaran tidak sampai di tempat Konfrensi akibat di hadang oleh pasukan Belanda.

    Latar belakang di adakan Konfrensi Paccekke, pada perjuangan pasca Kemerdekaan Pemerintah Hindia Belanda ingin berusaha kembali menguasai dan menduduki indonesia, sehingga rakyat bangkit melawan dan mempertahan kedaulatan negara Republik Indonesia termasuk di Sulawesi.

    Penuh tantangan yang sangat berat tidak saja, kekurangan alat persenjataan ketika itu, tetapi masih kurangnya pengalaman dalam perang serta tidak terorganisir nya kelasyakaran. Tetapi namun pun demikian para pejuang memiliki tekad yang kuat demi mempertahankan kemerdekaan.

    Pada akhir tahun 1945, sesudah proklmasi kemerdekaan di kirimlah utusan ke Jawa antara lain, Manai Sophian dan JD Syara namual yang di beri tugas, member laporan kepada Pemerintah RI, mengenai, situasi perjuangan rakyat di Sulawesi berikut, kesulitan dan kendalanya yang di hadapi.

    Rombongan kedua, yang di kirim terdiri dari M.Saleh Lahade, Andi Mattalatta, La Nakka dan Moch Amim La macca dengan menggunakan perahu  layar, yang penuh dengan resiko karena gerak gerik selalu di pantau oleh pihak Belanda.

    Rombongan berikutnya, Andi Muh Yusuf dari Bone, dan setelah itu, Andi Sapada, Andi Oddang, Rivai Paerai, Syamsul Arif, Andi Djammaro dan Darwana mereka ini bertolak dari Suppa dengan menggunakan perahu Beggo.

    Serta rombongan selanjutnya, Dg. Lawa, Arsyad.B. Musa Gani, Muhammadyah, Andi Magga Amirullah, Bau Mahmud danAndi Tau. dan setelah itu menyusul Rombongan Alim Bachri, Bahtiar dan Machmud Sewang mereka berangkat dari Makassar.Dan kemudian rombongan dari Mandar yakni Andi Malik dan Andi Gatie serta rombongan dari Bulukumba Andi Puna dkk.

    Pada tanggal 9 Januari 1946, rombongan yang di pimpin oleh M. Saleh Lahade tiba di Jogyakarta dan pada tanggal 12 Januari dengan beberapa orang lainnya yakni Andi Mattalatta, La Nakka, Muh Yamin, Moh Yahya dan Moh Karim menghadap Presiden Soekarno di Istana Yogyakarta, utusan ini membawa membawa surat dan laporan dari Dr. Ratulangi Gubernur Sulawesi ketika itu.Setelah mengetahui duduk persoalannya, rombongan ini di minta menghadap Sutan Syahrir Perdana Menteri di Jakarta .

    Disepakati bersama membagi dua kelompok, satu kelompok ke Jakarta, serta kelompok lain berusaha bertemu dengan Jenderal Soedirman.

    M. Saleh Lahade berangkat ke Jakarta, sedangkan Andi Mattalatta menemui Jenderal Soedirman.

    Andi Mattalatta berhasil menemui Jenderal Soedirman, di berikanlah arahan agar perlawanan tetap di pertahankan, setelah itu Andi Mattalatta menghubungi Kahar Muzakkar komandan Batalyon kemajuan Indonesia ketika itu, yang memiliki kurang lebih 800 anggota yang merupakan mantan narapidana Nusakambangan umumnya berasal dari Sulawesi .

    Keduanya sepakat untuk merencanakan membentuk TRIPS (Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi) dan memutuskan menemui Jenderal Soedirman untuk minta dukungan dan restu.

    Maka pada tanggal 16 April 1947 terbitlah Surat Keputusan Panglima Besar RI Jenderal Soedirman dan menugaskan kepada Kahar Muzakkar, Andi Mattalatta dan M. Saleh Lahade dengan tugas atau mandat.  

    1. Melakukan persiapan dalam Pembentukan kader dan pasukan lengkap dan peralatan Tentara yang akan di berangkatkan secara Expedisi ke Sulawesi selatan.

    2. Membentuk TRI Persiapan di Sulawesi dengan kekuatan Satu Divisi hingga kesatuan yang terkecil guna menegakkan dan membela RI 3. Menyampaikan laporan hasil Tugas tersebut kepada Panglima Jenderal Soedirman.

    Terlaksananya operasi pengiriman pasukan TRIPS dan ALRI ke Sulawesi Selatan, berkat kerja sama dan tekad para pejuang baik yang aktif di Jawa maupun yang berada di Sulawesi Selatan. Ide ini, bermula putusan para pejuang pada bulan Nopember 1945 yang di prakarsai oleh Andi Mattalatta, dan M. Saleh Lahade serta bekerjasama Kahar Muzakkar di Jogjakarta

    Gelombang Expedisi TRIPS ke Sulawesi antara lain.

      - Tanggal 27 Juni 1946 di bawah pimpinan Kapten Muhammadong dengan jumlah anggota 62 orang diantaranya Husain Ibrahim, A.M Yusuf  dkk walaupun gagal.     

    - Kembali di kirim pada Bulan Juni 1946, di pimpin oleh M.Tahir Dg Tompo, Letnan Said Hasan bin Thalib, Letnan Latif dan berhasil mendarat di Suppa.     

    -  Selanjutnya oleh Letnan Latif dengan membawa senjata lengkap dan mendarat Nopember 1946 yang ketika itu operasi Westerling baru saja di mulai, hampir bersamaan rombongan Andi Manyulei mendarat diSuppa kemudian terus ke Maiwa melakukan pelatihan dasar Pertempuran dan taktik gerilya.     

    - Pada tanggal 26 Desember 1946 expedisi pasukan kelompok komando pimpinan Andi Mattalatta tiba di pulau Pannikiang ada sore hari dengan menggunakan perahu jenis Lambo dan    Ke esok harinya berangkat keGarongkong terus ke BubbuE suatu bukit yang terletak di pinggir jalan poros Makassar-Pare pare dan menjadikan markas komando sementara.     

    - Hampir bersamaan mendarat pula kelompok komando di bawah pimpinan Andi Sarifin di     Wiringtasi.        

    - Setelah pengiriman dua kelompok komando, di kirim lagi Rombongan Letnan Manungke dan mendarat di Takkalasi,  namun naas semua pasukan nya tertangkap oleh pasukan KNIL. Dan banyak lagi kelompok expedisi lainnya yang           tidak sempat di sebutkan.

    Setelah beberapa hari berada di BubbuE, Andi Mattalatta bersama pasukannya, berangkat menuju Sepee, terus ke Batulappa lalu ke Balusu dan tiba di Padumpu yang sudah beberapa bulan di jadikan markas oleh kelaskaran Ganggawa.

    Sebetulnya rencana awal Konferensi di rencanakan di SalessoE, sebuah dusun terletak di Desa Balusu, akan tetapi daerah ini di kepung dan di kuasai oleh pihak Belanda, dengan peristiwa gugurnya Andi Sarifin akibat terjadi kontak senjata dengan pasukan Belanda.

    Karena kondisi demikian, pasukan Andi Mattalatta meninggalkan SalessoE, menuju Padumpu - Kamiri - Kading dan akhirnya tiba di Pacekke yang dianggap daerah yang paling aman, di tempat inilah di adakan Konferensi.

    Banyak masyarakat Kabupaten Barru yang rela mengorbankan jiwa dan raganya, sebutlah antara lain, Andi Cabambang, Andi Domeng, Abd Muis, Azis Tamimi, Musa Nur, H.M.Tahir dan Muhammad Dg Patobo dan lain-lain yang tidak sempat di sebut satu persatu bekerja sama dengan Tokoh dan Pasukan TRIPS, bersatu padu, bahu membahu, berjuang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ingin di rampas kembali oleh pihak Belanda.

    (Di kutip dari berbagai sumber dan Rujukan)

    barru sulsel
    Muh. Ahkam Jayadi

    Muh. Ahkam Jayadi

    Artikel Sebelumnya

    Kasi Trantib Kecamatan Tanete Rilau Alamsyah...

    Artikel Berikutnya

    Hasnah Syam dan BKKBN Sosialisasi Percepatan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing
    Hendri Kampai: Harta Karun Indonesia, Jangan Sampai Jatuh ke Tangan yang Salah!

    Ikuti Kami